Rabu, 03 Juni 2009

Firasat

Pernah merasakan suatu firasat ? bahwa ada saat dimana kita merasa ‘ragu-ragu’, ‘tidak sreg’, atau ‘sangat malas luar biasa’ ketika kita akan pergi. Atau ketika tengah malam kita ber’mimpi’ yang sangat tidak biasa…

Firasat itu, benar atau tidak…kita sebagai manusia biasa tidak akan mengerti. Tetapi bila setelahnya , ada kejadian luar biasa yang berhubungan langsung dengan apa yang kita rasakan, disitulah baru kita sadar, bahwa kita sudah mendapat firasat.

Cerita saya, mimpi di malam waktu Ibu Mertua saya sedang sakit.
Malam itu saya mimpi, ibu mertua saya tidur di rumah Rw Mangun, banyak orang sekelilingnya, waktu saya masuk ke dalam ruangan, ibu mertua saya berbicara ke saya, katanya : “ty, tolong bacain Surat Fatihah , Al Ikhlas, Al Falak dan An Nas 3 x untuk Emak ya…supaya emak gampang pergi”
Saya sangat sadar ketika mendengar ibu mertua saya berbicara itu, dan saya jawab : ”emang Nini mau pergi ke mana ?”
Ibu mertua saya cuma tersenyum, tidak menjawab apa-apa.

Esokan harinya, Ibu mertua saya anfal. Saya , apap dan kakak permpuan apap mengantar ke RSPP (lagi), beliau sudah dirawat disana selam 3 bulan, dan sudah diperbolehkan pulang 2 hari sebelumnya. Sampai di RSPP , dokter Cuma memeriksa sebentar, dan ibu sudah dibolehkan pulang lagi. Siang hari, kami kembali ke rumah Rw mangun dan ngobrol sebentar. Sebelum pulang, saya ajak ibu mertua saya ke Cibubur…tapi beliau tidak mau. Beliau bilang “Di sini aja, repot klo di Cibubur mah. Besok banyak tamu yang dateng, siapa yang mau ngurusin tamu-tamu ? anak-anak kasian.”
Kami balik Tanya , “emang tamu dari mana , Ni ?”
Jawab beliau “Dari Subang kan mau pada dateng ke sini besok”

Akhirnya saya dan apap pulang jam 4. Menjelang magrib, telp di rumah bunyi…saya angkat tapi tidak ada suara. Begitu berkali-kali…mungkin sampai 5 kali.
Selesai sholat magrib, apap bilang “kita ke Rw mangun aja, ty” .
Kami langsung pergi ke Rw Mangun…di jalan saya sempat inget mimpi saya…tapi saya tidak tau bahwa itu adalah firasat. Sampai di Rw Mangun, kami sudah ditunggu brother in law di mulut gang, katanya emak mau di bawa ke RSPP lagi dengan mobil saya. Apap turun duluan sementara saya tunggu di mobil. Menunggu dan menunggu sambil saya merasa was-was…akhirnya saya di susul oleh tetangga sebelah rumah yang meminta saya untuk cepat ke rumah. Setengah berlari saya menuju rumah, sampai di pintu…pemandangan yang persis sama dengan mimpi saya terulang…Emak yang tiduran di dipan, orang-orang yang berkumpul mengelilingi dipan…dan mata Emak yang melihat ke arah saya.
Kakak ipar saya merangkul saya dan mengatakan :”ty, kamu sudah ditunggu emak dari tadi…”.
Saya mendekati emak dan mencium tangannya yang sangat lemah, emak tersenyum sama seperti senyum dalam mimpi saya semalam…Tak bisa menahan tangis…sambil membisikkan 4 surat yang di minta emak semalam…saya melihat bibir emak bergerak membaca 2 kalimat syahadat dan Allahu Akbar berkali-kali…sampai akhirnya melemah dan tertidur panjang.

Innalilahi wa innailaihi roji’un….

Dua firasat yang menjadi kenyataan…mimpi saya dan ucapan ibu mertua saya…

--------

Suatu hari, di bulan Ramadhan…jam 09.00
Saya terima telp dari tetangga belakang rumah saya, kami berencana untuk pergi ke KJI (Kramat Jati Indah) sekarang sudah jadi Carrefour…
Jam 10.00 saya keluar rumah…jalan ke belakang sangat dekat. Biasanya saya suka menitipkan rumah saya ke tetangga depan kalau akan pergi…tapi entah kenapa koq pagi itu saya malas sekali, padahal biasanya juga selalu begitu.
Saya memang hanya tinggal berdua dengan apap tanpa pembantu. Anak-anak dua-duanya tinggal di asrama Insan Cendekia Serpong. Pagi itu apap ke kantor seperti biasa…

Sampai di rumah Mbak Gina (tetangga saya), rasa malas itu makin menjadi-jadi. Saya Cuma tidur-tiduran di bangku depan TV…sementara Mbak Gina masih beberes rumah. Makin lama makin mengantuk. Saya bilang , “Mbak, koq saya ngantuk banget ya…males deh mau ngapa-ngapain…di rumah juga tadi maunya tiduuuurrr aja. Kalo engga inget janji ke KJI, saya mendingan tidur aja di rumah.”
Mbak Gina duduk di depan saya, “kalo ngantuk, ya tidur aja di situ. Engga usah ke KJI. Besok lagi juga bisa”.
Karena ngantuk sekali, akhirnya saya membatalkan pergi ke KJI dan jam 10.30 saya pulang. Sampai di rumah, hhhmmm…pintu besi garasi saya koq terbuka ya ? siapa yang masuk nih ? trus, tembok pintu garasi saya gompal-gompal di beberapa tempat…seperti bekas congkelan, tapi pintu garasinya masih terkunci.
Saya masuk dan mengeluarkan kunci pintu depan, lho…pintu sedikit terbuka…dan terlihat rusak. Saya mundur beberapa langkah, tidak berani masuk dan berteriak sekencang-kencangnya memanggil tetangga depan saya.
“Maaaaaaaaaasssssss Dennnnniiiiii !!!!!!!”

Mas Deni keluar rumah , terheran-heran melihat saya…”Lho Ibu dari mana ? tadi bukannya ibu yang di rumah ?” . jantung saya berdetak lebih cepat , mungkin muka saya pucat pasi, saya lemas dan diam tidak tau apa yang harus saya lakukan.

“Ibu, jangan masuk. Ibu tunggu di sini. Saya periksa ke dalam, siapa tau ada orang jahat di dalam”. Saya Cuma diam tak tentu ‘rasa’…mas Deni lari ke rumahnya mengambil sesuatu yang bisa di pakai untuk ‘jaga-jaga’.
Dia lari dengan sangat cepat, tetangga-tetangga saya mulai berdatangan mungkin karena mendengar teriakan saya tadi. Beberapa menit Mas deni keluar rumah dan bilang “Aman bu, tapi ibu harus kuat” sambil mengajak saya masuk ke dalam rumah saya sendiri.

Masya Allah, Subhanallah, AllahuAkbar, Astagfirullahaladziim…
Kamar saya sangat berantakan, semua pintu lemari terbuka lebar, kasur saya penuh dengan barang-barang yang memang ‘diberantakin’. Seprei acak-acakan, lantai penuh dengan surat-surat berharga yang sengaja di buang begitu saja.
Bukan Cuma itu, lemari saya seluruh isinya terburai keluar…baju, celana, handuk-handuk, semuanya keluar dari tempatnya. Laci lemari sudah tidak di tempatnya tapi pindah ke tempat tidur. Dalam posisi terbalik, isinya entah kemana.

Saya sangat shock dan lemas duduk di sofa. Yang pertama saya ingat, telp pak RT, apap, orang tua saya dan kakaknya apap di Rw mangun.

Apakah firasat saya…ketika saya sangat mengantuk dan ingin tidur di sofa, tapi saya malah pergi ke rumah Mbak Gina ? seandainya saya tetap di rumah dan tertidur di sofa, apakah rumah saya tetap aman, atau saya akan celaka karena seseorang yang masuk tanpa di undang dengan niat merampok ??? saya tidak tahu, tapi saya sangat bersyukur karena saya masih diberi keselamatan.

--------

18 April 2004

Pagi-pagi saya sudah bersiap-siap akan ke Serpong, jemput aa Dennys yang mau test di Binus. Begitu saya sudah siap dan akan keluar, saya ragu-ragu dan masuk lagi ke kamar. Di kamar saya Cuma duduk di tempat tidur, bingung mau melakukan apa lagi. Keluar kamar, saya baca Koran Kompas. Di Koran itu, saya melihat iklan sebuah Bank penerbit kartu Credit ‘bila kehilangan kartu, telp no sekian-sekian untuk memblokir kartu’ . saya perhatikan iklan itu (hal yang tidak biasa saya lakukan). Saya lalu mengeluarkan HP saya dan mencatat no telp tersebut. Kembali ke kamar dan membuka laci lemari, saya ingat bahwa ada kartu Credit saya yang belum saya tanda tangani. Kembali ke ruang tamu dan keluarkan dompet, saya tanda tangani kartu Credit. Merasa sudah aman, saya berangkat ke Serpong.

Hari itu, aa Dennys berulang tahun ke 17, saya dan aang sudah merencanakan membeli kado untuk aa di PIM sambil menunggu aa tes di Binus. Saya jemput Aa dan Aang di asrama. Bertiga kita ke Binus. Saya cuma mengantar dan akan menjemput kemudian.

Setelah mengantar aa, kami berdua ke PIM . Alhamdulillah saya mendapat tempat parkir yang nyaman. Sebelum keluar dari mobil, seperti biasa saya membereskan mobil dulu. Menyimpan karcis parkir supaya tidak tercecer. Mengeluarkan uang receh untuk bayar parkir nanti, membereskan isi mobil supaya tidak terlihat berantakan. Yup !! siap dan saya keluar mobil dan mengunci pintu. Beberapa langkah ke depan, saya mulai ragu dengan uang yang saya bawa (karena pernah kerampokan di rumah, saya selalu membawa *uang setoran* wartel kemanapun saya pergi , bila belum sempat saya storkan ke bank). Saya kembali ke mobil dan meletakkan bundelan uang beserta catatannya di tempat biasa yang menurut saya aman, saya cuma menyisakan uang 150.000 di dompet. Dan 100.000 di saku celana.

Masuk ke PIM dan mulai window shopping. Tujuan utama ke toko kaca mata, Aang mau ganti kaca yang sudah tidak nyaman di pakai. Setelah itu ke toko buku, tempat biasa saya menghabiskan waktu bila sedang ke mall manapun. Saya akan betah berjam-jam disana.

Tujuan pertama, selesai. Sekarang saya dan aang ke Gramedia . Kami bertiga (dengan aa) penggemar buku. Setiap minggu ada saja buku yang kami beli dan kami juga sangat suka menulis. Putar-putar di Gramedia dan membeli beberapa buah buku. Lalu kami ke TGA. Kembali saya menikmati kesendirian saya di sana. Aang kea rah sana dan saya pasti kea rah buku import mengenai kerajinan tangan. Beberapa buku saya ambil, sangat menarik untuk dilihat.
Tiba-tiba aang bilang, “Pinjam HP dong, mom” . Saya memberikan HP saya dan kembali asyik dengan buku-buku. Saya duduk dan meletakkan tas di samping saya. Setelah membulak-balik 1 buah buku, saya mau mengambil lagi buku lain, dan mencari tas yang tadi saya simpan di samping saya. Tas tidak ada di sana. Saya mencari sampai berkali-kali dan mengelilingi rak buku, tapi tetap tak ada. Saya mencari aang dan berharap tas saya ada bersama aang. Tapi aang tidak tau juga. Mulai panik deh saya. Lapor ke SATPAM dan petugas TGA. Pintu masuk TGA langsung di tutup dan petugas mencari ke setiap sudut dan setiap jengkal tempat. Tak juga ketemu. Pikiran saya mulai jalan, di tas ada kunci mobil dan dompet (isinya ATM, Kartu Kredit, SIM, KTP, STNK) dan uang 150.000. Aang saya suruh ke mobil, takut sipencuri ini ‘keburu’ ngeh dengan mobil. Saya memberi aang beberapa ‘petuah’ bila ada orang mencurigakan mencoba membuka mobil dengan kunci asli.
Untung HP saya di pegang aang. Saya langsung memblokir semua kartu ATM dan kartu kredit saya . Lalu saya diantar melapor ke polisi di area PIM. Di kantor polisi, sudah ada 2 orang perempuan yang sama-sama kehilangan dengan modus yang sama dengan saya. Bedanya dia kehilangan di es teller 77.

Yang pertama saya telp adalah mamam. Karena Cuma berbicara dengan mamam, hati saya bisa tentram.
Sementara, saya sangat tidak berani menghubingi apap di Prabumulih. Biarlah saya menyelesaikan semua urusan ini sendiri. Setelah ini selesai, saya akan berbicara dengan apap dalam suasana yang lebih tenang.

Mobil akhirnya di bongkar pintunya (saya punya teman yang biasa menangani mobil seluruh keluarga). Mobil aman dan saya bawa pulang tanpa kunci dan STNK. Jam 6 sore semua urusan selesai.

Benarkah firasat saya yang berkata, ketika saya mencatat no telp bank bila kehilangan kartu kredit ? atau menandatangani kartu kredit yang sudah berbulan-bulan tidak saya lakukan karena memang belum di pakai ? atau ketika saya kembali ke mobil dan menyimpan uang setoran wartel di mobil, tanpa membawanya di tas ?
Apakah semua firasat ???



Tidak ada komentar:

Posting Komentar