Selasa, 24 Februari 2009

Dinosaurus dan Katak Pejantan

Masalah Berat Badan pasti menjadi perhatian lebih untuk wanita, terutama wanita yang telah melewati usia 20 tahun. Jarang ada orang mau berterus terang mengenai berat badan apabila beratnya telah melebihi berat badan yang ideal.

Sewaktu masih gadis (hhmmm...) saya mempunyai berat badan ‘aman’ 50 kg dengan tinggi 155 cm (sebetulnya sih masih kelebihan 5 kg kalau dirata-ratakan dengan berat para peragawati hehehe) tapi ga masalah bagi saya karena saya bukan seorang peragawati :-)


Berat badan saya mulai meningkat tajam setelah melewati masa kehamilan dan itu pasti dialami oleh sebagian besar Ibu muda. Dari 50 kg meningkat tajam menjadi 65 kg dan itu sangat menyita perhatian orang yang sudah lama tidak bertemu saya. Sudah pasti rata-rata mereka mengagumi bentuk tubuh saya aduhaaii...


Sebetulnya sih saya dan suami saya tidak terlalu mempermasalahkan mengenai berat badan tersebut, tapi setelah anak-anak saya mulai merambat usia diatas 3 tahun mereka mulai ‘enjoy’ dengan keadaan berat badan saya dan suami saya yang memang bertolak belakang. Saya gajah, smentara suami saya iklan obat cacing :-).


Sekali waktu, anak-anak, saya ajak ke toko buku karena kami memang mengiklankan “senang membaca” kepada anak-anak sejak usia dini. Waktu itu memang anak-anak sedang gandrung dengan segala bentuk dan cerita gambar dinosaurus. Pokoknya di toko buku tersebut yang paling bikin heboh pasti celoteh anak-anak saya deh.


Begitu anak-anak saya menemukan buku dinosaurus yang dicari, mereka mulai heboh berdua dengan cerita-cerita yang mereka karang sendiri dan kadang-kadang suaranya full stereo.
Penjaga toko datang ikut nimbrung ngobrol dengan anak-anak saya
“Ade, lagi baca buku dinosaurus ya?”
sambil ikut melihat-lihat buku tersebut dan Mbak nya menunjuk ke buku sambil bilang
“Ini ayahnya ya De, yang ini bundanya, ini kakak dan yang kecil ade-nya”.
Dia menunjuk ke Dinosaurus yang terbesar merembet ke yang terkecil.
Kontan anak saya yang kecil (dex) protes
“Bukan Tante, yang ini Mommynya.”
katanya sambil menunjuk Dinosaur terbesar.
Si Penjaga toko tetap ngotot bahwa Dinosaur terbesar adalah ayahnya dan dengan lantangnya si kecil berteriak
“Salah Tante! Yang besar ini mommynya. Di rumah aku, yang paling besar kan mommy, apap (sebutan untuk ayahnya) lebih kecil dari mommy, tuh liat !” katanya sambil menunjuk ke arah saya dan suami saya.
Kontan semua pengunjung menoleh kearah kami…..ya ampun! Saya kok dijadikan model percontohan dan patokan :-( ….hehehe... suami saya mesem-mesem dan saya pura-pura tidak mengenal keluarga ‘dinosaurus’ tersebut.

Pokonya setiap anak-anak baca buku mengenai suatu keluarga, entah itu keluarga kuda, ayam, sapi, beruang, selalu yang dijadikan maskot kelompok itu adalah mommynya yang bertubuh sangat besar dan paling bisa mengerjakan apa saja yang mereka inginkan. Karena saya memang harus selalu siap ada untuk mereka sementara ‘apapnya’ bekerja di Lepas Pantai. Kadang-kadang dengan bangganya mereka bercerita kepada teman-teman sebayanya ‘bagaimana mommynya bisa berubah menjadi satria baja hitam dan bisa menjadi super wonder woman yang memakai kaca mata topeng’ dan itu membuat penasaran teman-temannya…Bagaimana bisa ya berubah jadi satria baja hitam…??? Hmmm….pasti karena saya sangat perkasa dimata anak-anak saya ha ha ha…


Pengalaman yang lebih heboh lagi waktu pompa air di rumah saya rusak dan saya harus menumpang mandi di rumah tetangga sekitar rumah. Kamar mandinya sangat dekat dengan dapur maklumlah rumah kontrakan. Untuk menyingkat waktu saya mandi berdua anak saya yang besar (waktu itu baru 4 tahun). Dengan kata-kata yang sangat jelas dan full stereo anak saya mulai bercerita tentang buku yang baru saja dibacanya, yaitu tentang binatang katak…bagaimana terbentuknya katak dari mulai kecebong bla bla bla. Tiba-tiba anak saya bertanya “Mom, kalau katak pejantan itu perutnya besaaar ya?”. Saya mengangguk mengiyakan. “Kalau gitu mommy manusia pejantan ya? Kan perut mommy besaaar seperti katak pejantan!”. Haaaahh ??????


Nah begitulah anak-anak saya mempersepsikan Mommy-nya yang berbadan “super” ini. Tapi itu cerita dulu waktu saya sedang ‘lucu-lucunya’.

Tahun 1995 saya diajak naik haji oleh suami saya dan dari situlah awal mula perjuangan penurunan berat badan yang secara tidak sengaja berhasil menghilangkan bobot saya sampai 15 kg.
Tahun-tahun berikutnya bobot tubuh saya hanya berkisar 55 kg sampai 60 kg saja.

Tigatahun yang lalu saya mendapatkan kepercayaan untuk mengelola suatu usaha yang membutuhkan tenaga dan pikiran yang sangat luar biasa. Karena sangat stress dan tertekan bobot tubuh saya berkurang lagi hingga 8 kg. Sekarang berat badan saya sudah kembali normal seperti waktu dulu, tapi uban saya sekarang bertambah banyak…hik...hik...hik...tapi uban tidak begitu pentinglah, yang penting anak-anak saya tidak mempersepsikan saya sebagai ‘ketua kelompok dinosaurus’ dan ‘manusia pejantan’ lagi… :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar